TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Titik Terang {4}



Titik Terang {4}

0 Jiang Kang Hua tampak kaget bukan main. Dia langsung membawa buku langit itu pergi kepadanya. Meski dia masih bingung bagaimana caranya untuk bisa bertemu dengan Li Qian Long dan memberikan buku itu kepadanya. Tapi Jiang Kang Hua sudah bertekad jika dia akan mengatakan apa pun yang ada di otaknya. Dia harus mendapatkan jawaban sendiri dari Li Qian Long. Untuk kemudian dia akan membuktikan kepada Li Qian Long atas apa yang telah dia temukan. Dia juga tidak akan pernah merasa menyesal jika tuduhannya adalah salah. Meski dia harus meminta maaf kepada Li Zheng Xi sekalipun. Yang jelas dia saat ini sangat mencurigai Li Zheng Xi sekarang. Apa pun yang terjadi dia akan membuktikannya dengan mulutnya sendiri.     
0

Hingga kemudian, matanya memandang Chen Liao Xuan yang sedang berlatih pedang bersama dengan Cheng Wan Nian. Senyum Jiang Hua tampak kecut. Dia sama sekali tak menyangka jika Chen Liao Xuan akan seperti itu kepada Cheng Wan Nian. Bagaimana bisa, Cheng Wan Nian dan Chen Liao Xuan tampak akur lagi? Padahal sudah sangat jelas sekali semua kebusukan yang dilakukan oleh Cheng Wan Nian, sebuah hal yang jauh dari nalar. Yang membuat semua orang yang melihat kejadian ini pun tidak akan pernah menyangka jika semua itu akan terjadi.     

Jiang Kang Hua melihat kediaman Lim Ming Yu, dia kembali kaget bukan main untuk itu. Sebuah pemandangan yang sangat menyakitkan ketika tiga Selir melihat pemandangan itu dengan mimik wajah menyedihkan, sementara Cheng Wan Nian seolah memanfaatkan keadaan untuk itu semua. Jiang Kang Hua tampak tersenyum getir, apa yang harus dia lakukan sekarang? Bergabung dengan Chen Liao Xuan sekarang bukanlah hal yang bisa dia lakukan. Apalagi Chen Liao Xuan kini seolah tak percaya dengan siapa pun yang ada di sini. Hingga akhirnya, Jiang Kang Hua memutuskan untuk pergi menuju perbatasan. Entah kenapa dia merasa ingin pergi ke alam manusia, untuk sekadar menghibur diri dan menikmati pemandangan hutan pinus serta sungai yang mengalir di sana.     

Sementara itu, Chen Liao Xuan tampak menarik pedangnya. Tapi, Cheng Wan Nian seolah enggan. Dia terus memaksa Chen Liao Xuan untuk menuntunnya dengan sangat hati-hati, seolah dia dan Chen Liao Xuan saling rengkuh dari belakang. Cheng Wan Nian tampak senang bukan main untuk itu, kemudian dia melirik tiga Selir yang ada di sana dengan senyum kemenangannya. Kata siapa sia sudah terpuruk? Tidak... dia tidak akan pernah terpuruk sampai kapan pun itu, karena dia adalah satu-satunya wanita yang bisa meluluhkan hati seorang Chen Liao Xuan. Dan jika benar Liu Anqier pernah menarik hati Chen Liao Xuan itu tak lain hanyalah masalah ketertarikan sesaat. Memangnya siapa yang akan menolak pesona Liu Anqier, yang Cheng Wan Nian mengakui jika Liu Anqier merupakan manusia paling cantik yang pernah ada di bangsa manusia. Sosok yang tidak akab pernah tergantikan, kecantikannya seolah abadi tak lekang oleh waktu. Namun agaknya Chen Liao Xuan juga pintar, alam mereka pun berbeda. Mana bisa mereka bersama? Yang ada mereka hanya bisa menjadi punguk yang merindukan rembulan yang tidak akan pernah bisa bersama satu sama lainnya selamanya.     

*****     

Jiang Kang Hua tampak menghela napas panjang, di tangannya kini sedang memegang buah persik yang salah satunya sudah tersisa separo untuk dia makan. Setelah itu dia bersiul-siul riang, menuju sungai kedukaannya yang di salah satu tepinya ada sebuah pohon besar untuk ya beristirahat. Dia pun langsung mengambil posisi duduk di atas batu itu, kemudian dia merebahkan tubuhnya. Menikmati buah persik sambil rebahan adalah hal yang paling menyenangkan untuk jiang Kang Hua.     

Sementara itu, Yang Si Qi dan Liu Anqier tampak sedang mencari jamur sesuai dengan pesanan dari Liu Ding Han. Akan tetapi, sudah hampir satu jam mereka berputar-putar tidak ada satu jamur pun yang bisa mereka temui. Dan hal itu berhasil membuat keduanya kesal bukan main.     

"Apakah jamur-jamur itu sedang bersembunyi? Kenapa tidak ada satu pun kita temukan jamur itu. Apakah sudah takdirnya kita hari ini tidak bisa makan tumis jamur yang nikmat itu? Ah, aku sudah tidak sabar untuk bisa menikmati betapa renyahnya jamur ketika ditumis atau dibuat sup, Anqier," rengek Yang Si Qi. Liu Anqier tampak menggeleng kepalanya. Dia sama sekali tidak bisa berkata apa pun kalau Yang Si Qi sudah mengatakan hal itu.     

"Si Qi, diamlah. Kalau memang sudah tidak ada jamur sama sekali, bagaimana kalau kita mengambil ikan di sungai? Kemarin aku melihat banyak ikan nila segar yang sedang berada di sana. Menangkap satu atau dua ekor ikan sudah lebih dari cukup untuk kita. Masalah jamur, kita abaikan dulu. Bisa saja memang ini bukan musimnya jamur untuk tumbuh bukan? Jadilah makannlah yang ada. Aku kemarin melihat ada beberapa tumbuhan yang teksturnya seperti jamur ketika ditumis. Aku akan mengambil beberapa untukmu."     

"Lantas rasanya? Kau yakin kalau rasanya bisa seperti jamur?" kesal Yang Si Qi. Lih Anqier kini memukul kepala Yang Si Qi.     

"Setidaknya seperti, kan? Atau malah kamu tidak bisa menikmati apa pun sama sekali," jawab Liu Anqier. Yang Si Qi hanya bisa apa, selain mendengus karena jawaban menyebalkan dari Liu Anqier. kemudian keduanya memutuskan untuk ke sungai dan mencari beberapa ikan untuk dimasak. Namun, saat keduanya sudah di sungai, mereka berduka dikejutkan oleh satu sosok yang sedang tiduran di atas bantu kesukaan. mereka. Ya, ketika keduanya sedang menunggu ikan atau ketika mereka sedang mencuci, mereka pasti akan duduk di batu itu untuk sekadar istirahat atau melakukan apa pun itu. Namun bagaimana bisa sekarang di atas batu itu ada orangnya. Dan yang lebih menakutkan dari itu adalah, sosok itu adalah sosok kedua setelah Chen Liao Xuan yang seolah tidak takut dengan hutan pinus ini. Ya, hutan pinus ini memang terkenal hutan angker, selain kisahnya yang banyak binatang buas yang membuat orang-orang yang masuk ke hutan itu tidak ada yang bisa kembali, hutan ini juga terkenal dengan mitos hantu yang mengerikannya, dan yang lebih dari itu semua adalah berdekatan dengan kawasan perbatasan wilayah siluman iblis membuat hutan ini nyaris tidak ada satu orang pun yang berani datang kesini. Itulah kenapa mendiang Ayah Liu Anqier membuat sebuah pondok di sini, selain karena sangat aman dan sepi. Di sini juga akan terhindar dari amukan manusia mana pun. Meski tempatnya terlihat tampak mengerikan sekalipun.     

"Anqier, apakah kau tahu siapa yang ada di sana? Sosok itu benar-benar sangat mengerikan. Aku takut sekali, Anqier."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.